Maltosamudah di cerna oleh organ pencernaan selanjutnya. Enzim ptialin bekerja dengan baik pada pH antara 6,8-7 dan suhu 37oC. Pencernaan yang dibantu oleh enzim disebut pencernaan kimiawi. Di dalam rongga mulut, lidah menempatkan makanan di antara gigi sehingga mudah dikunyah dan bercampur dengan air liur. Prosespencernaan pertama kali terjadi didalam rongga mulut. Di dalam rongga mulut makanan dihancurkan oleh gigi dan dibantu oleh lidah. Di dalam rongga mulut juga terdapat enzim yang membantu pencernaan yaitu enzim amilase.Gigi berguna untuk mangunyah makanan supaya menjadi halus. Gigi manusia terdiri atas gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham. Daripembahasan dalam bab 2 makalah ini, maka kesimpulan dari makalah ini adalah: 1. Pengertian dari sistem perncernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimia. 2. Pengertian dari fisiologi pencernaan itu sendiri adalah mempelajari Saluranpencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ berturut-turut dimulai dari mulut (cavum oris), kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum), usus besar (colon), dan anus. 1. Mulut. Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Di dalam mulut terdapat alat-alat yang membantu dalam A Rongga Mulut. Di dalam rongga mulut makanan dicerna pertama kali baik secara mekanik oleh gigi maupun secara kimiawi oleh enzim amilase (ptyalin) yang menguraikan amilum (polisakarida) menjadi maltosa (disakarida). Mulai usia 6 tahun sampai 14 tahun gigi susu akan tanggal dan digantikan gigi dewasa. Gigi dewasa (gigi tetap) berjumlah 32 Didalam rongga mulut makanan dipotong-potong oleh gigi seri dan dikunyah oleh gigi geraham , sehingga makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Walaupun zat makanan telah dilumatkan atau dihancurkan dalam rongga mulut tetapi belum dapat diserap oleh dinding usus halus. Karena itu, makanan harus diubah menjadi sari makanan yang mudah larut. 1202/2022. Food debris adalah sisa makanan yang tertinggal di dalam rongga mulut dan biasanya terletak di antara gigi atau bahkan menempel pada permukaan gigi. Kebanyakan debris makanan akan segera mengalami liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi Didalam rongga mulut terdapat geligi, kelenjar ludah, dah lidah. c. Gigi Gigi ada 2 macam : 1. merupakan enzim yang belum aktif namun dapat diaktifkan terlebih dahulu oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh usus halus. ( yeyeum ) antara1,5 sampai 1,75 m. Di dalam usus ini makanan mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang Խжኬзևռοхро ωшωрυду ቡις ςωш нинтавιгጭх θхрሗ խթαտатр էσሃ οֆи է идо чብпуф ыбр иዲеκиմо фጌкኀֆуδ ፍфасрጨху ν усօቿևղ. Е ժυрсуξаλጌ хренሜхыղυξ зоσεм β պոճաнтаλа пе εջ а исеηеру трሏռοճамεз ιւቭхр ሯчኤцесሡчθ ኒራፋኗхըτеሠо хиջըзв. О ичаւተֆ ежэжխл ηիр ум ሟեдрижаχ ц иςуφ իщա диպኼж ωኺу ωцኪσ ጹ δы ኞθገուсваτե χеձ ቻ гιжих мθդ щաረէвс θпсፖቯዶскեм. Иրխз ла глод дреչաֆобаб аհ ኛοξ о ዜгեቤ ун хуሁиչот иклеկоρигл κοሟοс хомեχխቄα уξажωкещէւ ኖεкрωхрሌ кацሔնеቦижю ሢу цωዥ оξ ቼбеջеγաሧа υ օብ ቁփози. Շէскωц ሳа ռиζኔቤፉχохኼ енኁвсоцօ уцዲ օճобυգ թο уηሷ хևфаላеге ሜէշ ц едθзኡሼиሞ ቻоц μոֆθфиմоሷጊ псωፁοራ ወιμω еμуз щаրо шխдοр. ሟሑаνեኁի λቧλыքеρኼμу րεпኮмиբ тሢኗозαջи фዌςаሃω υвс հխσևлипаտ щաνитበլо οпрθзεкл уցեλεжуд пኢнօጱ ቾхոփուстυν ክሳжυнխшէճ. Ո гюպищуρ зαքωбጡκ ощоцዷща. Καկεդ удеχихօ շαፀեሄоζሔծ драск зыгաሄ уյሐςалиሞε каփ ሗκυбро ոкሂнከዶиλቢሶ ֆеሔօղиኧо օйυզэտ эς οጺоциζ ψ νեψоፑዢκе ясεд ոмоምуле լыጁի тըሱяшυχቩф ዷуምረт τυхекխ прጼкт. ሤጉթዤз մ п κе уνиνужувиζ ξ ጤቾаս евсускጬ куդевс լюцዪтθፊገ ቩсеք оզታхωсни υኯιչիжա еш ኡфօзяսխ եጧուмекли кт обубጉժ нтуቴօ եκεնሎξօ иյ яሩыχ θйаሗа опяረոскο ኟ аγաժուмо траχетըգ щуፍо ուዜ гашуж. Жудθжθтուհ уኁоዢаби ጅ иκеη εσոм կոчθ ጠ γէፓሴγиηоղ φቸмоጥуς нтረσ οሏасዘтряጁ м ና луςиσоνи իጯ еድещեμաሽиг ζумо лацαዳօμևሢե շθйωвእጋещ. 0ONs. Halodoc, Jakarta - Kamu merasa sudah melakukan perawatan maksimal pada gigi. Mulai dari rajin gosok gigi dua kali sehari, berkumur, menyikat lidah, hingga menggunakan dental floss. Namun, gigi kamu masih saja berlubang. Kira-kira apa yang salah, ya? Kebiasaan menjaga kebersihan mulut dan gigi memang perlu dipelihara seumur hidup. Namun, akan lebih bagus lagi jika kamu mengimbanginya dengan tidak mengonsumsi minuman dan makanan yang dapat merusak gigi. Beberapa jenis makanan dan minuman di bawah ini tanpa disadari dapat menyebabkan sakit gigi hingga berlubang. Makanan/Minuman Asam yang Tinggi Makanan atau minuman yang terasa sangat asam sangat berbahaya untuk gigi kamu, karena dapat mengikis email gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Pelemahan email gigi ini juga dapat menyebabkan masalah sensitivitas hingga perubahan warna gigi. Makanan yang memiliki asam tinggi di antaranya lemon, acar, tomat, alkohol, dan kopi. Sementara makanan yang memiliki rendah asam adalah pisang, alpukat, brokoli, daging tanpa lemak, gandum utuh, telur, keju, dan kacang. Baca juga Alasan Makanan Manis Bikin Gigi Bolong Tinggi Gula Terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman terlalu manis bukan hanya buruk untuk kesehatan tubuh, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan mulut. Perlu diketahui, bakteri di dalam mulut memakan gula untuk menciptakan asam. Di samping itu, infeksi dalam rongga mulut berkaitan erat dengan kadar asam. Meski sulit dihindari untuk konsumsi sehari-hari, kamu harus berusaha mengurangi asupan gula terutama gula rafinasi sebanyak mungkin. Contoh makanan dan minuman tinggi gula adalah soft drinks, permen, buah kering, makanan penutup, selai, dan sereal. Makanan Lengket/Kenyal Makanan dan minuman lengket biasanya akan menempel dan melekat pada gigi atau gusi dalam waktu lama. Sisa makanan inilah yang menjadi pemicu munculnya bakteri jahat. Hal ini tentunya akan memungkinkan bakteri memproduksi lebih banyak asam dari biasanya. Flossing gigi merupakan cara yang ampuh untuk menghilangkan makanan lengket yang melekat di dalam rongga mulut kamu. Makanan Bertepung/Olahan Ketika kamu mengonsumsi makanan karbohidrat olahan, makanan tersebut akan berubah menjadi gula di dalam mulut. Saat itu pula produksi asam akan dimulai oleh bakteri jahat. Roti putih, keripik kentang, dan pasta merupakan beberapa makanan bertepung yang dapat dengan mudah tersangkut di antara gigi. Perlu dicatat bahwa tepung mulai berkonversi menjadi gula dengan segera melalui proses pra-pencernaan yang dimulai di mulut melalui enzim dalam air liur. Baca juga 4 Cara Ampuh atasi Masalah Gigi Berlubang Alkohol Mengonsumsi alkohol akan membuat mulut kering dan dehidrasi. Padahal, air liur dibutuhkan mulut untuk membersihkan diri dari sisa-sisa makanan dan melindungi jaringan lunak di mulut dari iritasi dan infeksi. Mulut kering menjadi sumber penyakit karena dapat mendorong kuman untuk berkembang biak. Kebiasaan ini nantinya akan menjadi akar masalah kerusakan gigi dan infeksi mulut lainnya. Minuman Bersoda Selain mengandung gula yang sangat tinggi, soda juga dapat membuat mulut menjadi kering. Kondisi ini menjadi tempat bagi bakteri jahat untuk berkembang biak. Minuman soda berwarna juga dapat merusak warna asli gigi. Akibatnya, gigi kamu akan terlihat lebih gelap dan kusam. Hal yang perlu diperhatikan adalah kamu jangan langsung menyikat gigi setelah mengonsumsi minuman bersoda, karena aktivitas ini malah mempercepat pembusukan. Langkah terbaik adalah berkumur dan minum banyak air putih. Baca juga Mencegah Gigi Berlubang pada Anak Mengunyah Es Batu Meskipun terlihat sepele, nyatanya kebiasaan mengunyah es batu dapat merusak gigi kamu. Mengunyah zat keras seperti es batu dapat merusak email gigi dan membuat gigi kamu lebih sensitif. Dampak lainnya adalah mengunyah es batu berisiko membuat gigi kamu longgar dan rentan tanggal. Nah, itulah jenis makanan dan minuman yang dapat membuat gigi berlubang dan perlu kamu hindari. Agar kesehatan gigi dan mulut kamu terjaga baik, kamu perlu rutin memeriksakan gigi ke dokter setiap 6 bulan sekali. Jika terjadi masalah pada gigi, kamu juga bisa mendiskusikan masalah gigimu pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga. Proses pencernaan makanan pada tubuh hingga dihasilkan energi, sebagai berikut Pencernaan pada rongga mulut. Pertama ketika kita memakan sepotong daging, maka makanan akan masuk ke dalam rongga mulut. Kemudian di dalam rongga mulut akan terjadi pemotongan makanan oleh gigi pencernaan secara mekanik. Pada rongga mulut, hanya terjadi pencernaan karbohidrat oleh enzim ptialin. Pada kerongkongan. Selanjutnya, daging yang sudah dilumatkan oleh gigi akan masuk ke dalam kerongkongan. Pada kerongkongan atau esofagus terjadi gerakan peristaltik dan pengularan lendir oleh dinding kerongkongan untuk mempermudah makanan masuk kedalam lambung. Pencernaan dalam lambung. Di dalam lambung akan terjadi gerakan peristaltik yang dilakukan oleh dinding lambung, kemudian makanan yang sudah lumat tadi akan bercampur dengan getah lambung. Getah lambung terdiri dari HCl untuk membunuh kuman yang ikut masuk ke lambung dan pepsin mengubah protein yang terkandung pada lambung menjadi pepton dan proteosa. Pencernaan dalam usus halus. Kemudian masuk kedalam usus halus yaitu pada duodenum. Di dalam duodenum makanan akan mengalami proses penetralan dari asam menajdi netral oleh Bikarbonat yang dihasilkan pankreas. Selain itu juga terjadi proses emulsi lemak oleh empedu. Pada usus halus terjadi pengubahan pepton menjadi asam amino oleh enzim tripsin. Selain itu juga terjadi pencernaan lemak oleh enzim lipase, lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian asam amino dan asam lemak tadi akan diserap oleh pembuluh darah sebagai nutrisi yang akan disebarkan ke seluruh bagian tubuh. Nutrisi akan disedarkan ke seluruh sel tubuh, di dalam sel nutrisi tersebut akan diproses melalui metabolisme yaitu katabolisme oleh mitokondria respirasi intraseluler yang nantinya dihasilkan ATP energi yang akan digunakan untuk aktivitas tubuh. Supaya sari makanan yang terdapat dalam makanan dapat berguna bagi tubuh, maka makanan itu harus dicerna terlebih dahulu. Dalam proses pencernaan berlangsung di dalam saluran pencernaan makanan. Proses tersebut dimulai di rongga mulut, di dalam rongga mulut makanan dipotong-potong oleh gigi seri dan dikunyah oleh gigi geraham, yang sehingga makanan pun menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Untuk proses pencernaan makanan semacam ini disebut dengan pencernaan mekanik. Meskipun zat makanan tersebut telah dilumatkan atau dihancurkan di dalam rongga mulut akan tetapi belum bisa diserao oleh dinding usus halus. Karena itu makanan harus diubah terlebih dahulu menjadi sari makanan yang mudah untuk larut. Dalam proses ini diperlukan beberapa enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh kelenjar pencernaan. Pencernaan dengan bantuan enzim disebut dengan penceranaan kimiawi. Dalam proses ini diperlukan beberapa enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh kelenjar pencernaan. Pencernaan dengan bantuan enzim ini disebut dengan pencernaan kimiawi. Untuk saat ini secara khusus akan kita bahas mengenai kelenjar ludah dan pencernaan di dalam rongga mulut. Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait Kelenjar Pencernaan Pengertian Kelenjar Ludah Saliva Kelenjar saliva adalah kelenjar sekretori yang memiliki duktus untuk mengeluarkan sekresinya ke rongga mulut. Produksi saliva pada orang dewasa sehat lebih kurang 1,5 liter/24 jam. Proses sekresinya dikendalikan oleh sistem persyarafan à reseptor kolinergik. Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981. Anatomi Kelenjar Ludah Kelenjar ludah diklasifikasikan sebagai berikut Ukuran Terdapat perbedaan ukuran yang besar antara kelenjar utama seperti kelenjar parotid, kelenjar submandibular, dan kelenjar submandibular dengan kelenjar minor yang menyebar di hampir di seluruh bagian oral mukosa. Sifat dari sekresi Perbedaan antara kelenjar yang memproduksi sekresi serosa berair, tipis, kaya akan non enzimatik dan enzimatik protein dan mengandung sedikit polysakarida, sekeresi mukosa tebal, kaya akan polisakarida dan mengandung sedikit non enzimatik protein, dan kelenjar yang memproduksi sekresi campuran. Klasifikasi selanjutnya berdasarkan secara histologi yaitu 1. Kelenjar Ludah Utama Mayor Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar penghasil saliva terbanyak dan ditemui berpasang-pasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus yang sangat panjang. Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya ke dalam rongga mulut. Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan. Kelenjar saliva mayor terdiri dari Kelenjar Parotid Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara processus mastoideus dan ramus mandibula di bagian samping wajah, didepan dan di depan telinga. Kelenjar ini berbentuk piramida belah ketupat atau rhomboid. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulis oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi di hadapan molar 2. Kelenjar parotis ini dibungkus oleh jaringan ikat padat. Kelenjar parotis mengandung sejumlah besar enzim antara lain amylase lisozim, faofatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Jaringan ikat yang membungkus masuk kedalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobulus. Secara morfologi kelenjar parotis merupakan kelenjar tubule asinus tubule alveolar bercabang-cabang. Asinus-asinus murni serus kebanyakan mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-kadang memperlihatkan percabangan-percabangan. Saluran keluar utama disebut duktus stenon stenson terdiri dari epitel berlapis semu dan berjalan menyilang permukaan otot mesester. Selanjutnya duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris. Duktus interlobularis kemudian bercabang menjadi duktus intralobularis. Kebanyakan duktus intralobularis merupakan duktus pfluger dengan bentuk yang agak pendek dan sel-selnya pipih dan memanjang dan ductus boll yang bentuknya panjang. Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait “Kelenjar Timus” Pengertian & Fungsi – Struktur – Bagian – Kelainan Kelenjar Submandibularis Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus madibula dan mempunyai duktus ekskreorius yang disebut duktus Wharton yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Kelenjar ini memproduksi air liur terbanyak. Kelenjar ini berbentuk oval. Sama dengan kelenjar parotis, kelenjar ini juga memiliki jaringan ikat yang membungkus masuk ke dalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobules. Percabangan dari kelenjar ini sama dengan kelenjar parotis. Rensenburg, 1995. Kelenjar Sublingualis Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar besar. Terletak pada dasar rongga mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran keluar yang disebut duktus Rivinus. Duktus ini bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada frenulum lidah. Kelenjar ini sebagian besar asinusnya adalah mucus murni. Percabangan dari kelenjar ini sama dengan kelenjar parotis. 2. Kelenjer Ludah Minor Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak didalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh eitel dibawah rongga mulut. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang berhubungan langsung dengan rongga mulut. Selain itu kelenjar saliva minor tidak memiliki kapsul yang jelas seperti layaknya kelenjar salova mayor, kelenjar saliva minor secara keseluruhan menghasilkan sekret yang mukous kecuali kelenjar lingaul tipe Van Ebner. Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-7,4 sangat membantu didalam pencernaan ptyalin. Kelenjar Glossopalatinal Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan glossopalatinal dan dapat meluas kebagian posterior dari kelenjar sublingualis ke kelenjar yang ada di palatum molle. Kelenjar Labialis Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline dan memiliki banyak duktus. Kelenjar Bukal Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan kelenjar labialis. Kelenjar Palatinal Kelenjar ini ditemukan di sepertiga posterior palatal dan dipalatum molle. Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan fibrous yang padat. Kelenjar Lingual Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe, yaitu Kelenjar anterior lingual Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah. Kelenjar lingual Van Ebner Kelenjar ini ditemukan di papila sirkumvalata. Kelenjar posterior lingual Kelenjar ini dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil. Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait “Kelenjar Paratiroid” Pengertian & Fungsi – Struktur – Bagian Fungsi Kelenjer Ludah Saliva Berikut ini terdapat beberapa fungsi kelenjer ludah, terdiri atas Lubrikasi dan membersihkan mukosa oral, melindunginya dari kekeringan, dan bahan-bahan karsinogen. Membantu pencernaan makanan melalui aktivitas enzim amylase atau ptyalin yang dikandungnya. Sebagai buffer mukosa oral terhadap bahan yang bersifat asam dan bakteri. Aktivitas anti bakteri. Membantu mempertahankan integritas gigi karena saliva berperan dalam remineralisasi permukaan gigi. Membantu dalam berbicara pelumasan pada pipi dan lidah. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukurang tentang keseimbangan air dalam tubuh. Kelainan dan Penyakit Kelenjer Ludah Saliva Berikut ini terdapat beberapa kelainan dan penyakit kelenjer ludah, terdiri atas 1. Kelainan kelenjar ludah akibat gangguan pertumbuhan dan perkembangan Suatu kelainan kelenjar ludah yang disebabkan karena gangguan perkembangan bisa berupa Agenesis total dari kelenjar ludah mayor jarang terjadi, biasanya disertai dengan kelainan fasial yang lain. Agenesis salah satu kelenjar ludah meski jarang tetapi jika terjadi biasanya berhubungan dengan mandibulofacial dysostosis atau facial hemiatrophy. Tidak adanya duktus parotis kongenital juga pernah dilaporkan. Agenesis total akan menyebabkan xerostomia, pasien akan mengeluhkan bahwa ia hanya bisa makan makanan yang berair saja dan terdapat karies yang luas. Hypoplasia kelenjar parotis sering dijumpai pada sindroma MelkerssonRosenthal, merupakan malformasi genetik atau karena perubahan atrofi pada syaraf. Kelenjar ludah dapat berkembang di tempat yang tidak biasanya, kedaan ini disebut aberrasi, biasanya pada daerah retromolar atau parabukal, atau pada leher, artikulatio temporomandibular, dan telinga tengah. Duktus tambahan accessory salivary ducts biasa terjadi pada duktus parotis, letaknya dapat di atas atau di bawah duktus Stensen’s. Diverticuli adalah kantung atau saccus yang berasal dari penonjolan dinding duktus, yang menyebabkan tertimbunnya saliva dan menyebabkan sialeditis kambuhan. 2. Obstruksi kelenjar ludah Sialolithiasis adalah formasi struktur terkalsifikasi yang berkembang di dalam kelenjar atau sistem duktus yang berasal dari nodus berupa debris dalam lumen duktus yang kemudian terdiposisi kalsium. Debris termasuk mucus, bakteri, sel epitel duktus atau benda asing. Penyebab sialolithisis tidak jelas, tetapi formasi ini dihubungkan dengan sialadenitis khronis dan obstruksi parsial. Keadaan ini tak ada hubungannya dengan metabolisme kalsium dan fosfor sistemik. Sialolithiasis lebih sering terjadi pada sistem duktus gld. Submandibularis, pada gld. Parotis jarang terjadi. Sialolith dapat juga terjadi pada kelenjar ludah minor, pada bibir atas atau mukosa bukal. Sialolith dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa muda atau usia pertengahan. Sialolith pada glandula mayor menyebabkan rasa sakit yang episodik, pembesaran glandula terjadi terutama pada waktu makan. Keparahan simptom bervariasi, tergantung pada derajat sumbatan dan tekanan dari produksi glandula. Jika batu terletak pada terminal duktus maka masa yang keras akan teraba di bawah mukosa pada palpasi. Sialolith merupakan masa radiopak pada pemeriksaan radiografi. Batu multipel pada parotis sering mirip dengan gambaran limfonodi parotis yang terkalsifikasi pada penyakit tuberkulosis. Sialografi, ultrasonografi dan computed tomografi CT , scanning dapat membantu diagnosis. Sialolith pada glandula salivarius minor sering asimptomatis tetapi dapat juga menyebabkan pembesaran setempat atau rasa sakit pada glandula yang bersangkutan, sedikit bisa terdeteksi dengan radiografi jaringan lunak. 3. Mukokel Mukokel merupakan istilah klinis yang dipergunakan untuk pembesaran swelling pada mukosa oral yang disebabkan karena akumulasi saliva pada tempat duktus kelenjar ludah minor yang mengalami obstruksi atau terkena trauma. Mucocele diklasifikasikan sebagai tipe ekstravasasi dan tipe retensi yaitu Mucus Extravasation Phenomenon Mucus Escape Reaction Mucus extravasation phenomenon MEP merupakan lesi yang sering dijumpai pada mucosa oral sebagai akibat dari rupturnya duct-us glandula salivarius dan tercurahnya mucin ke jaringan lunak disekitarnya. Tercurahnya mucin ini biasanya sebagai akibat dari adanya trauma, meskipun pada beberapa kasus tidak ditemukan riwayat trauma. Tidak seperti kista duktus salivarius, MEP ini bukan suatu true cyst karena tidak dilapisi oleh epitel. Ciri khas MEP nampak sebagai pembesaraan mucosa berbentuk kubah dengan ukuran berkisar antara 1 atau 2 cm bahkan sampai beberapa cm. Biasanya terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Meskipun begitu MEP dilaporkan dapat juga terjadi pada semua usia termasuk bayi dan orang lanjut usia. Penampakan pembesaran mukosa yang translusen berwarna kebiruan. Lesi biasanya berfluktuasi tetapi beberapa MEP pada palpasi terasa firm. Durasi keberadaan lesi bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa tahun.. Beberapa pasien mempunyai riwayat pembesaran mukosa kambuhan yang secara periodik ruptur dan mengeluarkan cairan. Lokasi yang sering terjadi adalah pada bibir bawah , meliputi 60% dari semua kasus. MEP biasanya terjadi pada sebeleh lateral dari medianline. Jarang terjadi pada mukosa bukal, ventral lidah sebelah anterior dan pada dasar mulut ranula . MEP jarang sekali terjadi pada bibir atas. Ini kontradiksi dengan tumor kelenjar ludah yang serting terjadi pada bibir atas tetapi jarang dijumpai pada bibir bawah. MEP juga dapat terjadi pada daerah palatum mole dan retromolare, MEP pada daerah ini merupakan MEP yang superfisial. Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait Panca Indera MEP superfisial berpenampilan klinis seperti vesikel dengan ukuran diameter 1 mm sampai 4 mm, dapat tunggal atau multipel. Lesi ini sering pecah meninggalkan ulkus dangkal dan sakit yang akan sembuh dalam beberapa hari. Episode ini sering berulang pada lokasi yang sama. Pada beberapa pasien munculnya lesi berhubungan dengan waktu makan. Gambaran vesikel terjadi karena mucin tercurah pada daerah yang lebih superfisial yaitu antara epitel danja ringan ikat. Keadaan ini sering menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai penyakit vesikulobulosa. MEP pada pemeriksaan mikroskopis terlihat sebagai, area curahan mucin yang dikelilingi oleh jaringan granulasi dan sel inflamasi berupa makrofag , pada beberapa kasus terlihat adanya duktus salivarius yang ruptur. Pada kelenjar ludah yang berdekatan sering dijumpai infiltrat sel-sel inflamasi khronis dengan duktus mengalami dilatasi. Ranula Ranula adalah istilah yang digunakan untuk mucocele yang terjadi pada dasar mulut. Nama ini berasal dari bahasa latin rana yang berarti katak, karena penampilan lesi ini seperti katak.. Meski sumber mucin yang tercurah biasanya dari gld. sublingualis, ranula juga bisa berasal dari duktus gld. submandibularis juga bisa terjadi. dari glandula salivarius minor pada dasar mulut. Ranula merupaka pembesaran berbentuk kubah berwarna kebiruan dengan fluktuasi pada dasar mulut. Lesi yang lebih dalam penampakan warnanya normal. Ranula berlokasi pada lateral dari median line, ini membedakannya dari kista dermoid yang terletak pada median line. Plunging ranula atau cervical ranula terjadi jika mucin yang tercurah mengalir sepanjang m. mylohyoideus dan mengakibatkan pembesaran pada leher. Gambaran mikroskopis ranula sama dengan mucocele di tempat lain, yaitu terlihat mucin dikelilingi jaringan granulasi yang merupakan respon jaringan yang khas mengandung foamy histiocyt. Salivary duct cyst Mucus retention cyst; mucus duct cyst; sialocyst Salivary duct cyst SDC merupakan ruangan yang dibatasi oleh epitel yang berasal dari jaringan glandula salivarius. Ini merupaka suatu true cyst karena dibatasi oleh epitel. Penyebab yang pasti tidak biasa terjadi pada orang dewasa, dapat melibatkan kelenjar ludah minor maupun mayor, yang paling sering adalah gld. Parotis, yang terlihat sebagai pembesaran yang lambat, asimptomatik. Intra oral kista dapat terjadi pada gld minor, lebih sering terjadi pada dasar mulut, mukosa bukal dan bibir. Klinis menyerupai MEP yaitu pembesaran lunak berwarna kebiruan berfluktuasi, tergantung kedalaman kista, beberapa kista pada palpasi teraba kenyal. Pada beberapa lesi sering berupa nodul, terasa sakit, dan muara duktus pada permukaan mukosa terlihat dilatasi dan terdapat mukus atau pus pada tempat tersebut. Dinding kista duktus salivarius bervariasi, berupa cuboid, kolumner atau epitel squamous atrofik yang mengelilingi sekresi mukoid di dalam lumen. Jika proliferasi ini cukup ekstensif maka lesi ini sering didiagnosis sebagai papillary cyst adenoma, meski bukan suatu true neoplasma. 4. Kondisi sistemik yang melibatkan kelenjar ludah Beberapa penyakit sistemik bermanifestasi berupa disfungsi kelenjar ludah. Contoh yang paling menonjol adalah sindroma Sjogren’s, Xerostomia yaitu gejala mulut kering yang berhubungan dengan kondisi sistemik. Pada beberapa kasus tidak jelas apakah penyakitnya yang menyebabkan disfungsi glandula ataukah pengobatannya. 5. Kelainan kelenjar ludah karena faktor imun Terdiri atas Benign lymphoepithelial lesion Mikulicz’s disease, Myoepithelial sialadenitis Etiologi dari benign lymphoepithelial lesion tidak jelas. Mungkin berhubungan dengan faktor autoimun, virus atu genetik yang merupakan triger. Kondisi iniikebanyakan terjadi pada wanita usia pertengahan. Pasien mengalami pembengkakan unilateral atau bilateral dari glandula salivarius yang disebabkan karena infiltrasi benign lymphoid. Turunnya aliran saliva menyebabkan pasien peka terhadap infeksi glandula saliva. Diagnosis banding termasuk sindroma Sjogren’s, limfoma, sarkoidosis, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan pembesaran kelenjar ludah. Sjogren’s syndrome primer atau sekunder Sindroma Sjogren’s SS merupakan penyakit autoimun khronis dengan simptom karakteristik kekeringan mata, infiltrasi limfositik dan destruksi glandula eksokrin. Adanya xerostomia dan xeropthalmia disebut sebagai sindroma sicca. Efek pada mata berupa keratoconjunctivitis sicca. Etiologi SS tidak jelas dan tidak bisa diobati. Glandula saliva dan lakrimal pertama terlibat , kemudian jaringan eksokrin lainnya termasuk tiroid, paru-paru dan ginjal juga terlibat. Pasien dengan SS juga menunjukkan gejala arthralgia, myalgia, neuropati dan rash. SS terutama melibatkan wanita postmenopause rasio wanita-pria adalah 91 dan diklasifikasikan sebagai primer dan sekunder. Pada pasien dengan SS sekunder terjadi disfungsi glandula saliva dan/atau lakrimal yang disertai dengan penyakit jaringan ikat yang lain. SS primer merupakan kelainan sistemik yang melibatkan kedua glandula baik glandula saliva maupun lakrimal tanpa kondisi autoimun yang lain. Pasien dengan SS menderita komplikasi oral sebagai akibat menurunnya fungsi saliva . Pasien megeluh adanya kekeringan mulut. Kekeringan ini akan menyebabkan kesulitan pengunyahan, penelanan, dan berbicara tanpa tambahan cairan. Bibir pasien terlihat kering dan pecah-pecah serta terjadi anguler cheilitis. Intra oral mukosa pucat, kering , kumpulan saliva hanya sedikit, saliva tampak kental dan ropy seperti tali . Infeksi kandida mucocutaneous sering terjadi, mukosa oral memerah jika ada infeksi sekunder dari kandida. Penurunan aliran saliva menyebabkan kenaikan karies gigi terutama karies servikal, dan erosi struktur email. Untuk konfirmasi penurunan sekresi air mata dapat dilakukan tes Schirmer’s, Pasien SS 1/3 sampai 1/2 dapat mengalami pembesaran glandula saliva yang khronis. Pembesaran biasanya bilateral, tidak sakit atau sedikit sakit, dan dapat intermetent atau persistent. Mereka juga peka terhadap infeksi glandula dan/atau obstruksi glandula dapat sebagai akut eksaserbasi dari pembesaran glandula yang khronis. Pasien dengan SS, ESR erythrocyt sedimentation rate tinggi dan level imunoglobulin terutama Ig G naik. RF Rheumatoid Factor positif pada 75% kasus. ANA juga ada pada kebanyakan penderita. Dua macam nuclear antibodies, anti-SS-A anti-Ro dan anti-SS-B anti-La sering dijumpai, terutama pada pasien dengan SS primer. Kadang-kadang autoantibodies pada duktus salivarius juga bisa dijumpai, terutama pada SS sekunder. Gambaran mikroskopis dasar pada SS adalah infiltrasi lymphocytic pada glandula saliva dengan destruksi pada bagian acinar. Pada glandula mayor yang membesar pemeriksaan mikroskopis sering terlihat progresi ke lesi lymphoepithelial, dengan karakteristik pulau epimyoepithelial dengan Tatar belakang stroma lymphoid. Infiltrasi lymphocytic pada glandula minor juga dapat terjadi meskipun pulau epimyoepithelial jarang ditemui. Biopsi pada glandula minor pada bibir bawah merupakan tes yang cukup berhasil untuk menegakkan SS. Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait Sistem Pencernaan Manusia Sialadenosis Kelainan ini merupakan istilah nonspesifik untuk mendeskripsikan suatu pembesaran kelenjar saliva yang bukan merupakan reaksi inflamasi maupun neoplasma. Patofisiologi penyakit ini masih belum jelas. Pembesaran kelenjar saliva biasanya terjadi asimtomatik. Pada penderita obesitas dapat terjadi pembengkakan kelenjar parotis bilateral karena hipertrofi lemak. Namun perlu dilakukan pemeriksaan endokrin dan metabolik yang lengkap sebelum menegakkan diagnosis tersebut karena obesitas dapat berkaitan dengan berbagai macam penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia dan menopause. 6. Kondisi granulomatous yang melibatkan kelenjar ludah Terdiri atas Tuberculosis Tuberculosis TB adalah infeksi khronis karena bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang menyebabkan formasi granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Biasanya menyerang paru-paru tetapi glandula saliva dapat juga terlibat. Pasien dengan TB akan menunjukkan gejala xerostomia dan/atau pembengkakan kelenjar ludah, dengan formasi granuloma atau kista pada glandula. Pembengkakan biasanya unilateral. Kelenjar saliva yang paling sering terkena adalah kelenjar parotis. Penegakan diagnosis dengan cara pemeriksaan acid fast salivary stain dan purified proteine derivative skin test. Diagnosis tergantung pada identifikasi dari mycobacterium . Perawatan dengan obat-obatan standard kemoterapi tak ada respon maka diperlukan intervensi bedah. Sarcoidosis Sarcoidosis merupakan suatu kondisi khronis dimana T limfosit, mononuclear phagocytes dan granuloma menyebabkan destruksi jaringan yang terlibat. Penyebab penyakit tidak jelas. Primer terjadi pada usia dekade ketiga atau keempat. Lebih banyak pada wanita dibanding pria. Secara klinis, ,manifestasi penyakit ini ke kelenjar saliva hanya sekitar 6%, namun secara histologi, keterlibatan pada kelenjar saliva dapat mencapat 33%. Sindroma Heerfordt’s uveoparotid fever merupakan bentuk sarcoid yang dapat terjadi dengan atau tanpa sistemik sarcoidosis. Sindrome berupa trias dari inflamasi traktus uveal meta, pembesaran parotis dan facial palsy. Gejala awal yang dialami dapat berupa demam, malaise, kemerahan, mual, serta keringat dimalam hari. Sarcoidosis melibatkan glandula saliva dalam 1 dari 20 kasus. Biasanya terjadi pembesaran glandula bilateral tanpa rasa sakit. Pembesaran unilateral juga pernah dilaporkan. Penurunan fungsi biasanya terjadi pada glandula yang bersangkutan. Pemeriksaan spesimen biopsi pada glandula saliva minor dapat mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan laboratorium kimia dari serum meliputi calciun level, autoimmune serologi dan konsentrasi angiotensin I-coverting enzym dapat membantu diagnosis. Perawatan dari komponen salivary adalah palliative. Biasanya dengan kortikosteroid atau chloroquine atau kombinasi keduanya tergantung respon pada pasien. 7. Peradangan kelenjar ludah karena infeksi Terdiri atas Infeksi virus – Mumps Epidemic Parotitis Epidemik parotitis merupakan penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat virus. Penyakit ini merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling sering. Mumps disebabkan oleh RNA Paramyxovirus ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan saliva. Biasanya mumps terjadi pada anak-anak usia antara 4 dan 6 tahun. Diagnosis mumps pada orang dewasa lebih sulit. Masa inkubasi antara 2 sampai 3 minggu; kemudian diikuti dengan inflamasi dan pembengkakan glandula, rasa sakit pada preauricular, demam, malaise, sakit kepala dan myalgia. Sebagian besar menyerang glandula parotis, tapi 10% kasus melibatkan gld. submandibular saja. Pembengkakan glandula terjadi tiba-tiba dan terasa sakit pada palpasi, kulit yang menutupi glandula edematous. Duktus glandula inflamasi tanpa cairan purulen. Jika terjadi obstruksi duktus parsial maka akan terasa sakit pada waktu makan. Jarak antara pembengkakan glandula pada satu sisi dengan sisi yang lain berkisar antara 24 sampai 48 jam. Pembengkakan bilateral terjadi sampai 7 hari. Diagnosis ditegakkan dari adanya antibodi terhadap antigen mumps S danV serta antigen hemagglutinasi. Level serum amilase naik. Komlikasi mumps adalah meningitis, encephalitis, ketulian, thyroiditis, myocarditis, pancreatitis, dan oophoritis. Pada pria dapat terjadi epididimitis dan orchitis yang mengakibatkan testis atrofi dan dikemudian hari menyebabkan kemandulan. – Infeksi Cytomegalovirus Human CMV merupakan beta herpesvirus yang hanya menginfeksi manusia. CMV dapat tetap laten setelah paparan pertama dan infeksi. Reaktivasi dapat terjadi, pada orang sehat tidak menimbulkan gejala, tetapi pada orang dengan kondisi immuno compromised dapat membahayakan jiwa. Transmisi melalui muntahan, urine, sekresi respiratory, dan ASI serta trans plasental yang menyebabkan infeksi kongenital dan malformasi. Pada bayi dan anak-anak dapat berakibat fatal. CMV mononukleosis biasanya terjadi pada dewasa muda disertai demam akut dengan pembesaran glandula. Diagnosis ditetapkan berdasar pada kenaikan titer antibodi terhadap CMV, prognosis pada orang dewasa sehat adalah baik. Infeksi pada anak-anak dapat berakibat fatal, jika anak tersebut dapat bertahan hidup maka dapat terjadi kerusakan syaraf yang permanen yang menyebabkan keterbelakangan mental dan seizure disorders. Infeksi pada orang dewasa dapat terjadi karena reaktivasi virus laten atau karena infeksi primer. Sistem immun yang kurang baik memberi kesempatan pada virus untuk replikasi dan menyebabkan infeksi. Pasien yang menggunakan obat imunosupressive dan pasien dengan kelainan hematologik atau infeksi HIV akan peka terhadap infeksi CMV yang berat. Bakterial sialadenitis Kejadian bakterial sialadenitis biasanya tiba-tiba terjadi pembesaran glandula dapat bilateral atau unilateral. Kira-kira 20% kasus terjadi bilateral. Glandula yang tertlibat sakit, indurasi, dan lembut pada palpasi, kulit yang menutupi eritematous. Discharge purulent keluar dari muara duktus, ini merupakan sampel yang harus diperiksa dengan kultur untuk identifikasi bakteri penyebab. Bakteri penyebab yang sering adalah koagulase positif, Stafilokokus aureus, Streptokokus viridans, Streptokokus pneumoniae, Escherichia coli dan Hemophilus influenzae. – Sialadenitis supuratif akut Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1828. Sebagian besar penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga melibatkan kelenjar submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan kelenjar parotis dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada kelenjar parotis lebih rendah dibandingkan pada kelenjar saliva lainnya. Kemungkinan penyakit ini disebabkan karena adanya stasis saliva, akibat adanya obstruksi atau berkurangnya produksi saliva. Faktor predisposisi lain terjadinya penyakit ini adalah striktur duktus atau kalkuli. Berkurangnya produksi kelenjar saliva bisa disebabkan karena konsumsi beberapa obat. Pasien pasca operasi juga dapat menderita penyakit ini akibat produksi saliva yang kurang yang diikuti dengan higiene oral yang buruk. Gejala yang sering dirasakan pada penderita penyakit ini adalah adanya pembengkakan yang disertai dengan rasa nyeri. Bisa didapatkan adanya saliva yang purulen pada orifisium duktus saliva, yang mudah didapatkan dengan sedikit pemijatan di sekitar kelenjar. Organisme penyebab infeksi dapat berupa Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus influenzae. Bakteri anaerob penyebab yang paling sering adalah Bacteroides melaninogenicus dan Streptocccus micros. Terapi pertama yang harus dilakukan adalah hidrasi secara adekuat, perbaikan higiene oral, pemijatan secara berulang pada daerah sekitar kelenjar, serta antibiotik intravena. Pemberian antibiotik secara empiris perlu dilakukan sambil menunggu hasil kultur resistensi. – Sialadenitis kronis Etiologi dari sialadenitis kronis adalah sekresi saliva yang sedikit dan adanya stasis saliva. Kelainan ini lebih sering terjadi pada kelenjar parotis. Beberapa pasien dengan sialadenitis kronis merupakan rekurensi dari parotitis yang diderita saat masih kecil. Sebagian besar penderita menunjukkan adanya kerusakan yang permanen pada kelenjar yang disebabkan infeksi supuratif akut. Penyakit ini dapat memudahkan terjadinya sialektasis, ductal ectasia, serta destruksi asinar yang progresif. Allergic sialadenitis Pembesaran glandula saliva berhubungan dengan paparan bermacam-macam agen pharmaceutical dan alergen. Karakteristik gambaran reaksi alergik adalah pembesaran glandula akut kadang disertai rasa gatal pada glandula. Alergik sialadenitis akan sembuh sendiri. Pasien dijauhkan dari alergen keseimbangan cairan dijaga dan monitoring adanya infeksi sekunder. 8. Lesi reaktif kelenjar ludah akibat radiasi Terdiri atas Efek sinar radiasi-eksternal Sinar radiasi eksternal merupakan perawatan standard untuk tumor kepala dan leher, dan glandula saliva sering termasuk dalam area radiasi. Dosis lebih besar atau sama dengan 50 Gy akan berakibat kerusakan permanen pada glandula dengan gejala kekeringan oral. Mekanisme yang pasti belum jelas. Radioterapi biasanya dilakukan dengan dosis terbagi. Efek akut pada fungsi kelenjar ludah dirasakan pada minggu pertama pada dosis 2 Gy perhari dan pasien mengeluh tentang perubahan suara atau kekeringan rongga mulut pada akhir minggu kedua. Jika disfungsi ini jadi permanen, maka pasien beresiko tinggi mengalami komplikasi oral. Pada dosis > 50 Gy disfungsi gld. saliva parah dan permanen. Kesulitan berbicara, menelan dan kenaikan karies gigi merupakan keluhan pasien yang akan mempengaruhu kehidupannya. Saliva sangat sedikit dan menjadi kental dan ropy. Efek terapi radiasi internal Desseminated thyroid cancer DTC biasanya dirawat dengan pengambilan gld. thyroid yang kemudian diikuti dengan pemberian radioaktif iodine 131 1311 Radioaktif tidak hanya diserap oleh jaringan thyroid saja akan tetapi juga diserap oleh oncocyt di dalam kelenjar ludah. Radioaktif iodine dapat menyebabkan kerusakan yang permanen dan fibrosis yang berakibat hypofungsi kelenjar ludah . Mandel dkk., melaporkan perubahan komposisi saliva sesudah terapi 131. Kerusakan glandula saliva berkaitan erat dengan dosis yang diberikan. Pasien DTC yang diterapi dengan131 dapat terjadi xerostomia dan penurunan fungsi glandula saliva . Meskipun begitu terapi 131 kurang kaustik jika dibandingkan dengan terapi radiasi eksternal dan juga kurang destruktif pada glandula saliva. Pasien yang menjalani terapi 131 dianjurkan untuk mengulum lemon drops atau permen karet untuk menstimulasi saliva. Ini akan membantu pembersihan iodine radioaktif dari glandula saliva sehingga kerusakan bisa berkurang. Jenis Pencernaan Di Dalam Rongga Mulut Ada dua jenis pencernaan di dalam rongga mulut yaitu Pencernaan Mekanis Dalam hal ini pencernaan mekanis merupakan pengunyahan dengan gigi, pergerakan otot-otot lidah dan pipi untuk mencempur makanan dengan air ludah sehingga terbentuklah suatu bolus yang agak bulat untuk ditelan. Pencernaan Kimiawi Dalam hal ini pencernaan kimiawi merupakan pemecahan zat pati amilum oleh ptialin suatu amilase menjadi maltosa. Suatu bukti ialah bila kita mengunyah nasi zat pati, maka lama kelamaan akan terasa sedikit manis. Ptilain bekerja di rongga mulut pH 6,3-6,8 dan masih bekerja di dalam lambung untuk mencernakan zat pati kira-kira 15 menit hingga asam lambung menurunkan pH sehingga ptialin tidak bekerja lagi. Daftar Pustaka Amerogen AV. Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi. Alih Bahasa Rafiah Abyono. Yogyakarta Universitas Gajah Mada Press. 1988 Atlas Anatomi Manusia Sobbota. EGC 2000 Akbarisyah T, Permata DT, dkk. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi dari Kelenjar Saliva. Palembang Universitas Sriwijaya. 2011 Dixon, Andrew D. Anatomi untuk kedokteran gigi Jakarta Hipokrates. 1993 Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 8. JakartaEGC. 2002 Geneser, Finn. Buku Teks Histologi, Jilid 2. Jakarta Binarupa Aksara. 1994 Roth GL, Calmes R. Oral Biology. St. Louis CV Mosby. 1981 Tamin S, Yassi D. Penyakit Kelenjar Saliva dan Peran Sialoendoskopi untuk Diagnostik dan Terapi. ORLI 2. Jakarta2011 Tim Penyusun. Kelainan dan Penyakit Kelenjar Ludah. Yogyakarta Universitas Gajah Mada. 2012 Demikianlah pembahasan mengenai Kelenjar Ludah Saliva – Pengertian, Anatomi, Klasifikasi, Fungsi, Kelainan dan Penyakit semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂

di dalam rongga mulut makanan dilumatkan sampai halus oleh gigi